Kekecewaan manusia
Kembali menulis membuat saya merasakan kegairahan, kebahagiaan, serta meluapkan asa dan kegelisahan dari pemikiran saya sendiri
Kebetulan tadi ada sepenggal cerita antara supir dan penumpang.
Bagi saya untuk memancing suatu bentuk komunikasi dua arah, saya pribadi harus mengajukan pertanyaan. Kebetulan pertanyaan saya memancing mantik. Tapi tunggu jangan berpikir saya sara atau hoax.
Kebetulan juga pembicaraan ini, mengenai hewan yang harus dilindungi, seperti binatang yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Kebetulan supir ini adalah dari daerah yang mayoritas menghalalkan makanan ini. Dan supir ini bercerita panjang lebar mengenai semua binatang dapat di konsumsi.
Agama pun melarang, tapi kalau terdesak bisa untuk dimakan. Situasi terdesak atau tidaklah terdesaknya, semua binatang dapat dikonsumsi. bagaimanapun kitab dibuat dari ego manusia. "Tuhan menciptakan semua untuk dimakan." Begitu ucapan bapak supir ini ketika menyampaikan pendapatnya.
Saya bukan bilang ini rasis ya tapi buat pegiat HAH (Hak Azas Hewan), pasti akan kesal, gimana gak kesal, yang diajak ngomong udah merambah ke agama. Ya bukan gak mau berargumen. Saya malas berdebat bikin capek otot. Kedua malas juga ketika dia menjelek-jelekkan agama tertentu.
Meskipun kami berdialog menjadi lebih sehat tanpa emosi. Ketiga saya membahas alur cerita supir ini adalah mantan redivis. Saya bertanya kehidupan disana. Yang paling kontroversial buat saya "Orang yang masuk penjara udah pasti salah, tidak mungkin salah tangkap". Agak mengerikan ya orang ini pun bilang pernah membunuh dengan kedua tangannya.
Sekelumit cerita diatas gak saya bagi secara detail. Karena pasti menimbulkan gesekkan. Tapi mayoritas dari kita sebagai manusia selalu berpikir dengan ego dan memandang dari satu sisi saja.
Yang bikin saya kaget dia bilang saya belum dewasa karena pertanyaan dan jawaban saya yang gak sama pemikiran dan sepaham dengan supir tersebut. Tawa kemenangan dengan memberikan senyum terbaik, itu artinya saya berhasil membuat situasi antara si bodoh vs si pintar.
Arah komunikasi kami, ialah orang ini mau menggiring saya untuk dapat searah, sependapat dan sepemikiran dengan dia. Saya berbeda pendapat dalam memandang 1. Hewan yang boleh dikonsumsi 2. Memandang sebuah organisasi keagamaan dan apa manfaatnya. 3. Media yang membuat semua menjadi salah seperti peperangan di banyak tempat karena ulah agama yang ini.
Tapi lucunya kami masih tersenyum dan bilang indonesia satu. Hahaha..
Saya terkadang membuat situasi bahwa saya ini di posisi si bodoh . Karena saya ingin mengetahui di mana posisi orang yang saya ajak bicara. Kalau saya berbeda cukup saya bersikap dungu. Percuma kan kalau pintar, ujung-ujungnya perpecahan.
Buat saya untuk menjadi bijaksana kita tidak perlu memaksa orang lain untuk sama dengan kita. Prinsip dan cara pandang yang berbeda, adalah hak preogatif manusia. adalah cara membedakan keimanan kita disertai dengan kerendahan hati. Toh pendapat mereka yang berbeda tidak saya telan mentah-mentah. Cukup nalar dan balik kembali ke prinsip hidup kita sendiri. Diperlukan juga keterbukaan untuk mengukur diri.
Mungkin banyak pemuka agama yang membuat acuan, tapi dengan kesombongannya tidak membuat perubahan di sekitarnya. Menjadikan kecewa adalah bagian dari cara pandangnya dalam memandang suatu agama. Hingga mengolok-olok agama itu menjadikan bahan lelucon.
Tuhan tidak memerlukan kita, tapi kita memerlukan Tuhan.
Membedakan keimanan yang hakiki adalah dengan melewati proses hidup dengan penuh kesabaran. Jika sudah menyangkut prinsip, diperlukan ketegasan. Apa sih yang mau dicari dan diharapkan oleh manusia. Hanya kecewa, tapi kalau Tuhan sudah bersemayam akan ada prinsip dan kasih sayangNya.
Buat saya orang religius adalah manusia biasa juga, dia pun bisa salah. Dan seorang penjahat adalah penjahat tapi orang ini pun bisa menjadi bermanusiawi juga. Seperti hidup tidak harus berlogika dan mabuk aturan diri sendiri. Bakunya aturan agama tidak melupakan kita amat sangat memerlukan kebebasan untuk berpendapat.
Tapi menterjemahkan agama memerlukan bimbingan dan ilmu yang dalam. Memaknai pesan Tuhan perlu argumen dan analisa serta kajian yang dalam berliku. Perlu ketaatan dan keuletan dalam menata cinta kepada Tuhan.
Cuma orang yang berpegang dalam prinsip salah sering kali memelintir dan memecah belahkan persatuan. Buat saya ini berlaku untuk semua agamanya. Cukup diri sendiri untuk mengetahui kebenaranNya.
Terima kasih untuk hari ini karena saya tau siapa orang yang memang berkapasitas berbicara.
Comments
Post a Comment