Puisi : Jakarta
pixabay.com Jakarta.. Ibukota yang penuh gejolak dinamis, terhampar ribuan wajah - wajah melankolis penuh pengharapan dalam sebuah realita pencapaian titik sukses. Terdampar dalam sudut dan lika liku ruang yang tak bertuan. Retrotika dari keberagaman yang absurd, dimana membentuk sebuah budaya berkembang dengan skeptis dan monoton. Terlihat indah, namun menyimpan kemunafikan, Kisi - kisi yang membentangkan aroma wajah penuh sinisme, sarkastis, dan feodal. Penjajah di negeri sendiri, Keangkuhan terlihat dari gedung - gedung yang bertingkat, bertabur indah serta gemelap, ketika malam kian larut dan detak jantung kota bergejolak dalam hantaman dari larutan musik keras serta dentuman bising dari kemacetan jalan. Aroma polusi adalah surga dari kemerosotan alam rendahnya evolusi bermasyarakat yang minim akan kebudayaan yang beradab. pixabay.com Malam kian larut, aktifitas tak bergeming oleh kegiatan sosialita gaya masa kini, mencabik dentuman kantung - kantung kekayaan kelas atas, namun d