Bersabar Menghargai & Bersyukur
Sebenarnya mau berbagi pengalaman, kayanya jauh dari ideal dalam menceritakan dengan detail dan bagus untuk dibaca.
Tapi patut dan gak ada salahnya mencoba, begini judul tulisannya kaya mengganggap si penulis udah seperti judulnya. Ya itu, ga sama sekali berpikir bahwa "BERSABAR, MENGHARGAI & BERSYUKUR" udah seperti itu
Uehdjbbnxhd yg ei bh xbhx bnk Hb sbdj r ok od on bk in eork yo r
Sorry kepending. Di atas ketikan anak saya.
Lebih tepatnya ternyata berdasarkan pengalaman pribadi.. pernah denger gak petuah lama, "rumput tetangga lebih indah daripada rumput sendiri". Sejauh ini melangkah dan bertambahnya usia. Saya sendiri merasa tidak lagi memperdulikan orang lain punya atau menjalani hidupnya.
Bagi saya Tuhan sendiri udah mengatur semuanya, untuk berjalan sebagaimana mestinya. Kadang berpikir dulu sewaktu muda dengan memiliki ambisi bermacam-macam. Makin kesini, makin berpikir untuk apa? apakah kita mendapatkan hal seperti itu baik untuk diri kita sendiri. Tuhan memberikan hal yang terbaik sesuai porsinya. Saya gak bisa begini karena ada alasan mungkin saya memang gak pantas untuk mendapatkannya.
Lantas saya menyerah dan pasrah. Ya enggak juga, justru saya menepi dari keramaian. Hanya untuk memastikan apakah keputusan saya bener atau enggak. Meskipun keputusan ini gak mudah, tapi kesimpulan yang telah saya dapatkan adalah untuk dapat mengatakan apa arti sebuah kata sabar, ikhlas dan syukur yaitu hal-hal yang saling berkaitan. Pada dasarnya agama pun dapat memberikan pondasinya.
Tidak semua orang menangkap arti dan penerapan pada kedua ilmu tersebut.
Saya pun tidak menganggap ikhlas dan syukur itu adalah bagian dari karakter saya. Ataupun yang membaca tulisan saya berpikir bahwa saya adalah orang yang baru tahu mengenai ilmu ikhlas dan sabar. Saya mempelajari semua proses dan menghargainya. Bagi saya sendiri terlepas kita mau menjadi orang baik atau jahat adalah bagaimana kita mampu mengolah semua itu menuju hal yang baik dan bermanfaat.
Ya semua itu memang untuk dijalani, dipelajari, dan diterapkan. Tiap-tiap manusia punya sekelumit masalah masing-masing. Ada yang terlihat berat, tapi kalau dijalani santai saja, dan ada juga yang menjalani itu berat tapi bersikap santai juga. Atau adapun menjalani dengan hal berat masalahnya memang benar-benar berat. Kuncinya tergantung dari mental kita sendiri, bagaimana kesiapan kita dalam menerima dan mengolahnya, dan apakah kita juga mampu berpijak dalam lingkup ilmu agama serta Allah selalu hadir dan terlibat dalam segala doa serta usaha kita.
Yang sulit pada saat diri terombang ambing, pada saat naik turunnya iman, sikap yang ditunjukkan adalah sikap apatis dan bahkan melebar menjadi orang yang aneh, tidak menjadi diri sendiri. Keluar dari jalur baik. Banyak orang mengatasnamakan kebebasan berpendapat, tapi melarikan diri menjadi negatif. Macam ragam ada yang biasa hanya semisal menjadi pemarah, perokok, pecandu. Atau yang ekstrim tidak beragama, atau pindah agama karena merasa tidak nyaman. Bahkan mau mengikuti trend dengan membuat rajah tato dan narkoba. Bahkan pemicu menjadi penjahat menjadi pengedar, pembunuh, pemerkosa dan lain sebagainya.
Kita tanya lagi ke diri kita sendiri, apakah kita mau jadi baik atau buruk. Tentunya semua orang akan bilang mereka mau menjadi yang baik. Tapi apakah akan berbeda jika orang itu tengah diuji, di rundung masalah, apakah mereka akan tetap mengatakan ingin menjadi orang baik. Atau akan bilang berkepribadian ganda saja. Bisa baik atau buruk berdasarkan situasi. Dan ada yang bilang, lebih baik saya mati atau jadi jahat.
Saya juga bukan Tuhan atau sok bersikap bijaksana. Bagi saya disinilah ilmu agama dan iman diperlukan dalam mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Memang perlu berdialog dengan Tuhan, perlu bersikap pasrah hanya kepadaNya. Tanpa Tuhan siapa kita, tujuan kita hidup harus lah kita pahami. Apakah kita hidup untuk mati sia-sia, atau kita mempersiapkan bekal yang kita bawa dan akan dipertanyakan kepada Sang Pemilik.
Mirisnya makin kesini, saya melihat penyakit hati makin meluas, ya karakter baik tergerus dengan ilusi dunia dan isinya. Pesan Tuhan tak tersampaikan, kebaikan terlihat basa basi. Atau pencitraan untuk mencari popularitas. Ya tidak bisa disalahkan, hanya karena saya punya argumentasi topik yang saya angkat. Data akurat pun saya ga pegang, apalagi refrensi buku. Ini hanyalah opini saya sendiri.
Tiap orang sibuk dengan masalahnya, tanpa berpikir apa manfaat bersyukur. Kita sampai lupa bahwa banyak orang-orang yang butuh uluran tangan kita. Karena terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri, banyak hal terlewati dan disesali. Sebenarnya dengan berkepala dingin, diam dan merenung. Pasti kita akan dapatkan apakah arti sebenarnya, bersabar, menghargai dan bersyukur. Kalau sudah paham, pasti energi ikhlas pun meliputi. Kita pasti jauh lebih bahagia, lebih lepas. Dan menjalani hal berat pun terasa ringan.
Pada akhirnya kita pun akan terbiasa menjalani hari-hari terberat itu sebagai sahabat. Karena ilmu sabar, adalah saat kita menginginkan sesuatu tak terlaksana, disana kita disuruh untuk bersabar. Ketika ada masalah pun masih harus bersabar. Dan menghargai prosesnya, juga menganggap masalah kita bukanlah akhir dari semuanya. Untuk itu cara terbaik untuk mengakhirinya ialah dengan bersyukur. Karena tidak bisa saya mau menjadi orang lain dengan masalahnya. Karena belum tentu masalah orang lain tersebut bisa saya lalui. Sebaliknya orang lain belum tentu bisa menjadi saya. Jadi tidak ada masalah yang paling berat.
Membuat kita menjadi hebat pun bukan hal yang baik, itu justru membuat kita menjadi sombong dan memandang orang lain dengan rendah. Dan tidak menjadi baik juga bukan, bagaimana kita mau jadi orang baik. Kalo penyakit hati terus berkembang dengan subur. Berusaha untuk selalu berpikir positif dan jangan ragu untuk merenungi diri
Ini aja dulu saya bagi karena hal terindah adalah ketika saya dapat membagikan pengalaman juga mendengarkan hal-hal yang berbeda.
Comments
Post a Comment