Milenial vs Anak 90an
Zaman saya kecil adalah zaman dimana semua jenis permainan tradisional masih dimainkan, bersama bangkitnya revolusi teknologi. Dari masuknya kebudayaan asing, seperti gameboy, komik, kartun, telenovela, sinetron. Dahulu Indonesia, hanya punya tvri dan rcti, lalu sctv dan indosiar.
Hari minggu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi anak 90an, bagaimana kami menunggu dengan sangat antusias, tontonan sejuta umat. Alias kartun gak bakal lekang habis dimakan zaman, seperti doraemon, chibi maruko chan, sailormoon, ninja hatori, dragonball.
Dari sisi permainan, kami tuh suka main karet, dampu, origami, bekel, congklak. Orang-orangan kertas, kartun manga jepang. Atau membuat perahu dari kulit buah jeruk bali. Atau dari bambu membuat senjata perang-perangan, ataupun masak-masakan.
Kami bahagia sekali, kami begitu nyaman. Ada juga gameboy, mario bros, playstation, atau laser disc. Hanya untuk orang tertentu yang punya. Tapi kami merasa zaman kami mengalami zaman keemasan sekali. Tingkat kejahatan udah ada sih, mungkin belum seramai sekarang. Ditambah udah adanya kebebasan berbicara dari media. Jadi makin viral saat berita naik, belum ada filter untuk memilah. Wah zaman saya kecil susah bersuara bebas. Istilahnya ada tata kramanya
Era social media tumbuh dan berkembang pesat, ketika kami dewasa yaitu pada saat memasuki bangku kuliah. Tapi di era milenial ini, kami melihat trend cepat datang dan berlalu. Hingga timbul anggapan kaum egois dan individual, tidak inovatif dan kurang berbaur. Mereka cenderung pemilih.
Milenial ini sangat berkompeten saat mengemukakan pendapat dengan kritis, vokal dan berkarakter. Untuk dapat membangun satu pondasi mereka akan sulit, karena mereka tidak dapat merasakan kemandirian, dan keterbatasan yang tidak pernah di dapat dalam kehidupan tradisional. Serta terbatasnya kreativitas untuk membuat sesuatu yang berbeda. Jatuhnya mereka instan dan tidak tahan banting. Empati mereka tergerus karena kepentingan untuk gaya hidup dalam dunia kaum milenial. Yaitu dunia digital dan sosial media yang memudahkan mereka berkomunikasi juga berselancar. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan bermain media sosial. Fashion dan karakter narsis adalah hal wajib ketika kumpul bersama teman-temannya, atau kuliner makan. Lebih memilih mengambil moment berfoto. Dibanding berbicara yang sebenarnya. Ngobrol tapi sibuk dengan gadgetnya.
Sisi lain yang terbaik, ialah mereka mampu mendelegasikan dengan cepat informasi, misal isu, budaya, lagu, sosial dan makanan. Bahkan agama pun menjadi trend kembali.
Sisi lain yang terbaik, ialah mereka mampu mendelegasikan dengan cepat informasi, misal isu, budaya, lagu, sosial dan makanan. Bahkan agama pun menjadi trend kembali.
Saya rasa kecanggihan tekhnologi yang begitu pesat, tak membuat saya nyaman. Saya lebih memilih hal apapun yang masih berbau alam dan tradisional. Tidak menolak tekhnologi, tapi tidak membuat hal itu bukan menjadi hal yang sangat berketergantungan.
Gimana kita bisa menikmati makan dan nonton bareng-bareng dengan berkumpul dan berbicara dari hati ke hati. Bukan sibuk dengan gadget dan keribetannya.
Gimana kita bisa menikmati makan dan nonton bareng-bareng dengan berkumpul dan berbicara dari hati ke hati. Bukan sibuk dengan gadget dan keribetannya.
Gaya hidup di era saya dan milenial, era 90an, masih ada aturan baku yang harus ditaati. Atau kamu akan kehilangan respek, Milenial adalah kaum kebebasan berpendapat. Juga keluar dari pakem, serta mengedepankan emansipasi dan kemandirian dalam berpikir. Idealis dan kebablasan tanpa melihat etika dan aturan dari yang seharusnya.
Bagi saya isu perempuan dalam memilih jalannya. Sangat menjunjung emansipasi perempuan, satu sisi membuat saya bangga, tapi satu sisi saya kecewa. Kembali dalam kacamata kebijaksanaan" yang berlebihan itu tidak baik, karena pada dasarnya perempuan terlalu super, membuat perempuan menjadi jumawa, jiwa mereka hilang dari kodratnya sebagai seorang perempuan yang sebenarnya. Tidak bisa sama untuk disamakan dengan laki-laki. Super power dan dominan seorang laki-laki yang tidak sesuai tempatnya pun membuat laki-laki menjadi arogan. Pada dasarnya perempuan adalah ditakdirkan dalam bentuk kelembutan, keramahan, dan lemah untuk dilindungi. Tapi bukan untuk disakiti, kaum perempuan pun bisa berbicara serta bertindak . Masa depan seorang perempuan yang kodratnya menjadi ibu, istri dan madrasah bagi anak-anaknya. Apa jadinya masa depan anak cucu kita, jika perempuan tidak disiapkan menjadi sosok penentu kelangsungan masa depan bangsa. Di tangan wanita masa kini dan anak milenial. Mereka kehilangan figur lengkap di rumah. Banyak dari perempuan kini, memilih untuk berkarir dibanding mempersiapkan menjadi ibu dan wanita sejati.. Efek domino seperti sekarang, moral dan perilaku yang tidak mengindahkan hormat menghormati, menghargai, berempati. Karena anak-anak ini tumbuh tanpa kasih sayang lengkap dari ibu. Belum lagi karena permasalahan lain, bukan menyudutkan ibu bekerja. Tapi banyak anak yang kurang perhatian, anak-anak ini rapuh, sehingga anak-anak ini labil, mereka mempersepsikan kehebatan dan kemampuan mereka dengan cara yang salah dalam bergaul. Belum lagi kejahatan menghantui dari sisi narkoba, alkohol, pemerkosaan, lgbt, neo liberal yang mengusung cinta kasih yang mana, lingkaran besar ini menghimpit, dan peran keluarga terutama ibu, sebagai penyangga mental keluarga sebagai lingkaran terkecil. Kaum urban masa kini bukan berTuhan, kiblat mereka fashion, musik, klub, pesta. Mereka cenderung kebarat-baratan, kiblat kapitalis. Memisahkan agama dengan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Apabila agama di angkat, mereka menjawab "Agama adalah pribadi antara dirinya dengan Tuhan". Sebenarnya tujuan agama adalah membuat peradaban menjadi baik, bukan?!! .
Mengerikan bukan, belum lagi manusia yang tidak terbiasa kreatif lebih cenderung serba instan. Mereka terkontaminasi dengan kemalasan untuk menciptakan sesuatu yang berbau inovasi. Kiblat mereka hanya mengikuti.
Kemajuan zaman dan pembangunan negara, tidak dibarengi dengan kearifan dan agama. Pemikiran mereka adalah
pemikiran sekuler, sehingga terjadi disintegrasi agama. Dan bahayanya adalah neoliberalisme, apakah ada yang bisa menjamin kemaslahatan. Inikah awal mula kehancuran peradaban. Sulit membayangkan anak saya akan tumbuh dan besar dengan kepungan tersebut.
Mungkin yang membaca akan kontra akan marah, tapi ini kegundahan saya
Saya melihat pembangungan beton dibangun, tetapi area persawahan, pertanian makin tersingkir, dan akan tergerus. Sehingga lumbung makanan kita akan habis. Kalau kita masih menganggap bahwa negara ini kaya dan banyak hasil bumi selain pangan. Berkacalah dari negara Venezuela, mereka adalah negara kaya, penghasil minyak terbesar.
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3227929/krisis-ekonomi-intip-4-cara-miris-warga-venezuela-bertahan-hidup
Pemerintahannya mengatur bahwa yang diprioritaskan adalah cadangan minyak bumi. Karena lebih menguntungkan, pemerintah mereka menjadi sombong, sehingga tidak memperhatikan kepentingan kemaslahatan banyak orang, cadangan makanan mereka nol. Mereka melupakan agama diperlukan untuk mengontrol kehidupan di dunia dengan arif dan seimbang. Hasilnya mereka kelaparan, gimana kalau tiap negara berpikir yang sama, apakah nanti negara kita juga tidak akan diperebutkan. Dan apa kita juga akan terus impor. Mal-mal terlalu banyak, saya sebagai anak 90-an lebih suka dengan area alam bebas. Kenapa tidak membangun persawahan, pertanian, menjadi sebuah area wisata alam. Atau taman bermain yang mengasyikkan. Serta lapangan luas untuk mengembangkan potensi anak seperti olahraga dan lain sebagainya.
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3227929/krisis-ekonomi-intip-4-cara-miris-warga-venezuela-bertahan-hidup
Pemerintahannya mengatur bahwa yang diprioritaskan adalah cadangan minyak bumi. Karena lebih menguntungkan, pemerintah mereka menjadi sombong, sehingga tidak memperhatikan kepentingan kemaslahatan banyak orang, cadangan makanan mereka nol. Mereka melupakan agama diperlukan untuk mengontrol kehidupan di dunia dengan arif dan seimbang. Hasilnya mereka kelaparan, gimana kalau tiap negara berpikir yang sama, apakah nanti negara kita juga tidak akan diperebutkan. Dan apa kita juga akan terus impor. Mal-mal terlalu banyak, saya sebagai anak 90-an lebih suka dengan area alam bebas. Kenapa tidak membangun persawahan, pertanian, menjadi sebuah area wisata alam. Atau taman bermain yang mengasyikkan. Serta lapangan luas untuk mengembangkan potensi anak seperti olahraga dan lain sebagainya.
Kalaulah agama ditinggalkan hanya untuk mendengar pemerintahan. Apa jadinya negara, hanya nafsu dunia saja. Lantas indonesia yang masih berideologi pancasila dan agama. Masih banyak orang jahat dan korupsi. Menurut saya orang yang terbaik belum di depan, sedangkan korupsi adalah mafia dari ikut campurnya perang dunia dua. Ya mereka adalah bagian dari yang mengambil keuntungan. Ingat jasa pahlawan yang membuat kita bisa merdeka.
Jadi generasi milenial akan menghadapi tantangan luar biasa. Semoga mereka bisa menghadapinya dengan baik.
Keren, detail dan kena utk kondisi saat ini... Two thumb up Ndah
ReplyDeleteMaaci mas moly. Ditunggu kerjasamanya ya..
ReplyDeleteIkutan thumbs up yah
ReplyDelete
ReplyDeleteThanks infonya. Oiya ngomongin generasi milenial, ternyata saat ini ada loh platform pengembangan dana buat generasi tersebut. Dan katanya sih menguntungkan banget. Selengkapnya, temen-temen bisa cek di sini: pengembangan dana untuk milenial